Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jurnal Refleksi Minggu ke-2 Pendidikan Guru Penggerak

JURNAL REFLEKSI MINGGUAN

MINGGU KE-2



Model Refleksi 4F (Fact, Feeling, Findings, Future)

Pada Jurnal Refleksi Minggu ke-2 Pendidikan Guru Penggerak ini saya memilih mode 4F. 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan sebagai berikut (disesuaikan dengan yang sedang terjadi pada saat penulisan jurnal): (1) Facts / peristiwa; (2) Feelings / perasaan; (3) Findings / pembelajaran; dan Future / penerapan.

Untuk lebih jelasnya refleksi untuk minggu ke-2 ini akan saya paparkan berikut ini mengikuti model 4F.


1. Facts (Fakta)

Aksi nyata : Dengan mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kurun waktu 1 minggu ini, saya mencoba mulai membiasakan azaz pendidikan “system among” di sekolah tempat saya bertugas (SMK-SPP Negeri 3 Kerinci). Tujuan utama (Grand planning) dari konsep pendidikan “Sistem Among” adalah “Memerdekakan jiwa anak lahir bathin dan tenaganya”, atau yang sekarang lebih dikenal dengan “Merdeka Belajar”.

Saya menemukan kejadian (masalah) yang berulang-ulang yang sangat meresahkan bagi saya, bahkan sampai saat ini masalah tersebut belum ditemukan solusi yang ampuh. Ada sekelompok siswa yang berasal dari 1 desa, dimana mereka menutup diri dengan teman-temannya yang berasal dari daerah lain. Mereka hanya bergaul dengan sesama mereka yang 1 desa. Akibatnya berpengaruh buruk terhadap kedisiplinan. Jika 1 orang terlambat, maka hampir semua mereka dalam kelompok tersebut akan terlambat. Selain itu kelompok siswa tersebut hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa ibunya. Beberapa cara sudah dilakukan pihak sekolah seperti hukuman, system skors, pemanggilan orang tua, dll, tapi tidak membuahkan hasil yang diharapkan, dan kecenderungan mereka tidak menyampaikan apa permasalahan sebenarnya sehingga mereka bersikap demikian.

Dengan mengikuti pembelajaran minggu ini, saya coba terapkan pendekatan system among dan memuliakan anak (pada beberapa anak dalam kelompok siswa tersebut). Saya dekati mereka seperti antara seorang ibu dan anak. Dan ternyata, sungguh di luar dugaan saya, mereka bercerita mengalir begitu saja secara alami walaupun dengan bahasa ibunya (saya terpaksa harus berusaha keras supaya mengerti dengan bahasa yang mereka gunakan).

Dari cerita mereka, saya membuat kesimpulan :

a. Di keluarga, pendidikan sistem among dan menuntun tidak mereka terima sepenuhnya, mereka diberi kebebasan yang sebebas-bebasnya. Bahkan sebagian besar mereka tidak tau bacaan sholat.

b. Di sekolah, mereka merasa dibully karena mereka tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman yang beda daerah dengannya.

c. Di masyarkat, mereka tidak ikut berbaur dengan kegiatan masyarakat, karena lebih sering berinteraksi dengan android.

Setelah saya ‘dekati’, tanpa saya minta, dengan spontan mereka mengatakan akan berubah dan berjanji akan menjadi lebih baik lagi ke depannya. 


2. Feelings (perasaan)

Sistem among, sangat menyentuh bagi saya. Selama ini saya menjadikan murid saya hanya sebagai objek yang akan menerima ilmu dari saya, saya ingin membuat mereka dari tidak tau menjadi tau. Saya selalu mengajak mereka untuk berkarakter, tetapi terkadang saya lupa ada hak merdeka bagi mereka “merdeka lahir bathin dan tenaganya”. Seharusnya sebagai seorang guru saya tidak saja mengajar, tetapi juga harus mendidik, saya harus memuliakan anak dengan cara menuntunnya.


3. Findings  (pembelajaran)

Dalam menghadapi kodrat zaman dan kodrat alam yang selalu maju, KHD memberi 1 kiat yang mesti diterapkan yaitu “KIAT SBII” (Sifat, Bentuk, Isi, Irama) dalam olah budaya. Karena pendidikan itu proses dari suatu budaya. Pendidikan bukan hanya pengajaran, tetapi pendidikan itu mengajak anak untuk berkarakter, pendidikan itu mengajak anak untuk nanti secara nyata menghadapi hidup dan penghidupan, pendidikan itu bukan hanya membagikan ilmu, karena ilmu belum tentu akan dipakai oleh sang anak di lapangan, pendidikan itu sejatinya adalah “MEMULIAKAN ANAK”. Karena itu kiat dalam Sifat, Bentuk, Isi dan Irama (SBII) menggambarkan sifat suatu benda yang selalu tetap sepanjang masa, sedang bentuk, isi dan irama/geraknya selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan alam dan jamannya. Dengan rumus SBII, jelas Ki Hadjar Dewantara selalu menganjurkan adanya perubahan, adanya perkembangan sesuai dengan kemajuan masyarakatnya.


4. Future (penerapan)

Saya akan budayakan pendekatan pendidikan dengan “system among’ untuk memerdekakan jiwa anak lahir bathin dan tenaganya, namun tetap berpegang pada trik SBII dalam pendidikan agar tidak tergelincir dalam menghadapi kodrat zaman dan kodrat alam yang selalu maju.


#Jurnal Refleksi Minggu ke-2 Pendidikan Guru Penggerak  #Guru_Penggerak  #Merdeka_Belajar