Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Modul 2.3.a.4.3. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Coaching

Modul 2.3.a.4.3. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Coaching

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching.

  1. Apa yang dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi  (permasalahan atau tantangan) yang dihadapi coachee? 
  2. Bagaimana cara coach memberi respons terhadap situasi yang dihadapi coachee? (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach)
  3. Apakah praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah Anda? apa tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA?
  4. Siapakah yang dapat membantu Anda melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah Anda? Bagaimana Anda melibatkan mereka?
Jawaban Saya :

  • Apa yang dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi  (permasalahan atau tantangan) yang dihadapi coachee?  Coach terlebih dahulu mengenali tujuan utama yang ingin dicapai coachee dalam proses coaching tsb. Kemudian coach menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee (identifikasi). Selama proses coaching, coach dapat melakukan gaya komunikasi asertif dengan coachee agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun. Coach dapat mengajukan pertanyaan yang dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi dirinya. Namun demikian coach juga harus menjadi pendengar aktif. Coach menunjukkan bahwa dia mendengarkan coachee, bisa melalui bahasa tubuh seperti respon singkat, anggukan, kontak mata, dll. Dengan mengajukan pertanyaan dapat mendorong coachee menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Setelah itu coachee dapat memberikan umpan balik untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Umpan balik yang berupa dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi.  Langkah akhir adalah coach menuntun komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
  • Bagaimana cara coach memberi respons terhadap situasi yang dihadapi coachee? (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach)?  Dengan komunikasi asertif, coach membangun sebuah kepercayaan diri, keakraban dan rasa hormat. coach menjadi pendengar aktif dengan melakukan kontak mata, mendengarkan coachee, mengajukan pertanyaan, anggukan kepala, merespon dengan bahasa tubuh yang tepat, fokus kepada apa yang dikatakan, mengulangi apa yang didengar dari coachee, menunggu coachee berhenti sebelum berbicara.
  • Apakah praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah Anda? apa tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA? Praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dalam mengatasi kompleksitas permasalahan murid. Setelah saya benar-benar memahami modul ini, saya baru menyadari bahwa tantangan yang paling berat bagi saya untuk menerapkan praktek coaching model TIRTA ini adalah pada tahap Identifikasi bukan pada tahap tujuan akhir seperti saya sebutkan pada modul sebelumnyaPada tahap identifikasi inilah kunci keterampalian komunikasi seorang coach dalam memfasilitasi coachee dan kunci suksesnya proses coaching. Dengan keterampilan coachee berkomunikasi melalui mengajukan pertanyaan yang efektif maka akan menstimulasi pemikiran coachee, memberikan perspektif yang lebih luas, menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam, memberdayakan potensi coachee dalam menganalisa topik, serta mampu memotivasi diri dalam mengambil keputusan.
  • Siapakah yang dapat membantu Anda melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah Anda? Bagaimana Anda melibatkan mereka? Secara umum Kepala sekolah dan rekan kerja dapat membantu saya dalam melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah. Namun akan lebih spesifik lagi jika praktek coaching model TIRTA dibantu oleh Wakasek kesiswaan, Guru BP/BK dan walikelas. Hal ini disebabkan karena Wakasek kesiswaan, Guru BP/BK dan walikelas lah yang paling sering terlibat dalam penyelesaian permasalahan dan kasus murid. Saya melibatkan mereka ketika adanya permasalahan murid. Adanya permasalahan murid saya akan mengkomunikasikan dengan Wakasek kesiswaan dan/atau Guru BP/BK dan/atau walikelas untuk melakukan proses coaching.