Pengertian Mulsa, Fungsi, Jenis, dan Prosedur Pemasangannya
Pengertian Mulsa, Fungsi, Jenis, dan Prosedur Pemasangannya
Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, bahan mulsa pada dasarnya dapat dikelompokan dalam tiga kelompok, yaitu mulsa organik, mulsa an-organik, dan mulsa kimia sintetis.
Mulsa yang berasal dari bahan organik (sisa-sisa tanaman) meliputi semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis tidak bermanfaat misalnya jerami padi, ilalang, batang jagung, batang kedelai, daun pisang, daun tebu, alang-alang.
Mulsa an-organik meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata, dan batu gravel. Untuk tanaman semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering digunakan untuk tanaman hias dalam pot.
Mulsa PHP yang terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di atas dan warna hitam di bagian bawah dengan berbagai keuntungan.
Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga pengganggu tanaman seperti Thrips dan Apids.
Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menjadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh
Manfaat penggunaan mulsa pada budidaya tanaman adalah untuk:
Merangsang perkembangan akar
Dengan penggunaan mulsa maka suasana didalam perakaran gelap dan hangat, akar tanaman akan mudah berkembang dalam suasana tersebut.
Mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah
Pemakaian mulsa mampu mempertahankan struktur tanah tetap gembur, suhu dalam tanah menjadi stabil karena penyinaran matahari tidak langsung mengenai permukaan tanah bedengan. Kelembaban tanah tetap terjaga, karena dengan adanya mulsa penguapan dapat berkurang.
Mencegah erosi tanah
Pengairan yang berlebihan maupun air hujan dapat menyebabkan erosi pada permukaan bedengan. Dengan penggunaan mulsa erosi dapat terkendali.
Menekan pertumbuhan gulma
Penggunaan mulsa akan menekan pertumbuhan gulma, sehingga biaya penyiangan dapat berkurang.
Mengurangi penguapan air dan pupuk
Dengan penggunaan mulsa dapat menekan penguapan, baik penguapan air maupun penguapan pupuk terutama pupuk N.
Meningkatkan aktifitas fotosintesis
Terutama mulsa PHP yang dapat meningkatkan aktifitas fotosintesis yang disebabkan oleh pantulan cahaya dari mulsa kedaun.
Menekan perkembangan hama penyakit
Mulsa yang dapat menekan perkembangan hama dan penyakit tanaman terutama adalah mulsa PHP. Pantulan cahaya dari warna perak pada mulsa PHP akan mengusir hama (Thrip dan Aphids) serta ulat daun, dan dengan pantulan cahaya maka kelembaban berkurang sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
Meningkatkan kualitas buah
Bagi tanaman buah yang buahnya menempel pada tanah, mulsa dapat berperan juga sebagai alas buah. Dengan adanya alas buah tidak kotor kena tanah dan warna buah bisa seragam sehingga kualitas buah terjamin.
Keterangan :
Cahaya yang datang
Cahaya yang dipantulkan
Cahaya yang diteruskan
Cahaya yang diserap bahan mulsa
TEKNIK PEMASANGAN MULSA
Umumnya petani menggunakan mulsa jenis PHP dalam usaha pertaniannya. Adapun teknik pemasangan mulsa PHP adalah sebagai berikut.
Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan tepat.
Teknik pemasangannya cukup 2 orang untuk satu bedengan.
Tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan.
Kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan menggunakan pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya.
Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan.
Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan.
Setelah selesai pemasangan, bedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3 – 5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman.