Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Modul 1.4.a.9. Koneksi Antar Materi - Budaya Positif

 Bacalah panduan berikut untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut.

  1. Buatlah sebuah kesimpulan mengenai mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas, restitusi, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional KHD, Nilai dan Peran Guru Penggerak, dan Visi Guru Penggerak. 

  2. Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini.
    Setelah membuat koneksi antar materi, Anda juga diminta untuk menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah dengan mengisi Tabel Rancangan Tindakan Aksi Nyata dan mengunggahnya ke LMS:  
    Tabel 3. Rancangan Tindakan untuk Aksi Nyata


Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang menjadi rumah kedua bagi siswa. Sekolah merupakan tempat siswa belajar dan mengembangkan diri baik secara akademik maupun nonakademik untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Siswa membutuhkan perasaan aman, dihargai dan diterima oleh guru dan teman-temannya di sekolah. Oleh karena itu, siswa akan belajar dengan lebih baik ketika mereka memiliki persepsi yang positif terhadap sekolahnya. Lingkungan pendidikan yang positif merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Dalam lingkungan pendidikan yang positif, hubungan yang sehat antara siswa dengan guru dan teman-temannya akan terjalin. Siswa akan ke sekolah dengan perasaan senang karena setiap harinya akan bertemu dengan guru dan teman-temannya. Dasar untuk menciptakan suasana positif yang mendukung pembelajaran siswa adalah dengan menciptakan hubungan yang kuat dengan siswa. 

Budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid, diyakini akan melahirkan generasi-generasi yang unggul dan berakhlak mulia sesuai profil pelajar pancasila. Untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah diperlukan kerja keras dan kerja sama dari semua pihak. Dibutuhkan konsistensi dan keberlanjutan dalam menjalankannya. Untuk mewujudkan budaya positif ini, bukan hanya guru yang terlibat namun juga para staff sekolah, pegawai sekolah, orang tua siswa, hingga kepala sekolah.

Guru memegang peranan penting dalam mewujudkan budaya positif yang berpihak pada murid. Guru harus menemukan strategi yang efektif untuk mewujudkannya. Guru bisa saja berfungsi ganda, yaitu sebagai pamong dan memegang posisi sebagai monitor dan/atau fungsi manajer.

Budaya positif yang paling sederhana yang bisa diterapkan di sekolah adalah melalui keteladanan, pendidikan moral dan berakhlak mulia, disiplin positif, serta keyakinan kelas. Salah satu penerapan budaya positif yang sangat efektif adalah membuat keyakinan kelas melalui kesepakatan seluruh warga di kelas. Guru bersama-sama dengan murid berkolaborasi mendiskusikan kelas impian, dan dari kolaborasi tersebut terciptalah keyakinan kelas. Dengan adanya keyakinan kelas yang merupakan hasil kesepakatan bersama, maka akan tumbuh motivasi dari dalam diri murid (motivasi internal), karena mereka merasa bahwa keyakinan kelas yang dibuat merupakan komitmen diri sendiri bukan aturan-aturan yang dibuat oleh orang lain. Jika mereka melanggar kesepakatan tersebut, maka mereka merasa telah melanggar komitmen sendiri.

Sejalan dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara, dalam mewujudkan budaya positif ini, sebagai guru kita harus memahami bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, baik kodrat alam maupun kodrat zaman, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. 

Dalam menuntun kodrat anak, seorang guru harus mampu mengenali Nilai diri sendiri dan Peran diri sebagai seorang Guru di dalam lingkungan sekolah. Nilai Guru Penggerak yaitu : Mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid. Sedangkan peran Guru Penggerak yaitu : (1) menjadi pemimpin dalam pembelajaran; (2) menggerakkan komunitas praktisi; (3) Menjadi Coach bagi guru lain; (4) Mendorong kolaborasi antar guru; dan (5) Mewujudkan kepemimpinan murid. Nilai-nilai dapat bertumbuh lewat keteladanan dan pembiasaan perilaku yang konsisten. Sedangkan peran guru dapat menjadi pendorong transformasi pendidikan dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Dalam rangka mewujudkan budaya positif yang berpihak pada murid, seorang guru harus mampu melakukan manajemen perubahan dengan pola pikir positif melalui rumusan visi pribadi mengenai murid impian, dan bagaimana sekolah yang berpihak pada murid di masa depan. Kemudian menghubungkan visi tersebut dengan pendekatan inkuiri apresiatif dalam membantu pertumbuhan murid di masa depan. Visi pribadi saya untuk mewujudkan murid impian saya adalah : "Menjadi agen transformasi dalam ekosistem pendidikan yang berkarakter untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila".

Visi pribadi tersebut mengisyaratkan bahwa guru harus mampu menjadi agen transformasi pendidikan untuk mendukung tumbuh  kembang murid secara holistic, serta harus mampu menjadi coach bagi guru lain. Karena itu guru harus mulai dari diri sendiri dengan memberi contoh dan keteladan berperilaku, menularkan kebiasaan baik kepada murid dan guru, serta membangun budaya positif di lingkungan sekolah. Memiliki nilai Guru Penggerak adalah modal untuk dapat menggerakkan rekan lainnya.

Untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia melawan arus naif tentang inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang bersifat manusiawi. Hal ini berarti butuh partisipasi dari semua warga sekolah, untuk mewujudkan Budaya Positif.


Semoga bermanfaat.

#GuruPenggerak.   #MerdekaBelajar.  #ProfilPelajarPancasila.  #PendidikanGuruPenggerak